Senin, 09 Mei 2016



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Setiap melakukan penelitian harus mempunyai masalah penelitian yang akan dipecahkan. Perumusan masalah ini bukanlah pekerjaan yang mudah, termasuk bagi peneliti-peneliti yang sudah berpengalaman. Padahal masalah selalu ada di lingkungan sekeliling kita.
Masalah timbul karena adanya tantangan, adanya kesaingan ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguiy), adanya halangan dan rintangan, adanya celah (gap) baik antarkegiatan atau antarfenomena, baik yang telah ada ataupun yang akan ada. Penelitian diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah itu, atau sedikit-sedikitpun menutup celah yang terjadi.
Pemecahan masalah yang dirumuskan dalam penelitian sangat berguna untuk mengatasi kebingungan kita akan suatu hal, untuk memisahkan kemenduaan, untuk mengatasi rintangan atau untuk menutup celah antara kegiatan atau fenomena. Karenanya peneliti harus memilih suatu masalah bagi penelitiannya, dan merumuskannya untuk memperoleh jawaban terhadap maslaah tersebut. Perumusan masalah merupakan hulu dari penelitian, dan merupakan langkah yang penting dan pekerjaan yang sulit dalam penelitian ilmiah.
Karena pentingnya perumusan masalah dalam sebuah penelitian maka kami membuat makalah dengan bahasan perumusan masalah penelitian (research question).

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah definisi dari masalah penelitian dan perumusan masalah?
2.      Bagaimanakah ciri-ciri perumusan masalah yang baik?
3.      Darimana didapatkan sumber untuk memperoleh masalah?
4.      Bagaimanakah cara memperoleh masalah?


C.  Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi dari masalah penelitian dan perumusan masalah.
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri perumusan masalah yang baik.
3.      Untuk mengetahui sumber untuk memperoleh masalah.
4.      Untuk mengetahui cara memperoleh masalah.






















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Masalah Penelitian dan Perumusan Masalah
Bagian yang sangat penting dalam setiap penelitian adalah permasalahan penelitian. Beberapa pakar mengatakan bahwa permasalahan penelitian adalah sebagai jantungnya suatu penelitian. Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tertulis pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian.
 Dalam arti luas, masalah sebenarnya adalah semua bentuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban. Walaupun masalah merupakan titik tolak untuk melakukan penelitian, tidak semua masalah dapat dijadikan objek untuk diteliti dan hal ini dapat diketahui dari karakteristik masalah itu sendiri. Jadi, permasalahan disini adalah permasalahan yang mempunyai metode ilmiah untuk menjawabnya.[1]
Pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah
Tujuan dari pemilihan serta perumusan masalah adalah untuk:
1.      Mencari sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang
2.      Memuaskan perhatian serta keingintahuan seseorang akan hal-hal yang baru
3.      Meletakkan dasar untuk memecahkan beberapa penemuan penelitian sebelumnya atau dasar untuk penelitian selanjutnya.
4.      Memenuhi keinginan social.
5.      Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.

B.     Ciri-ciri Perumusan Masalah yang Baik
Ada beberapa ciri-ciri masalah yang harus diperhatikan, baik dilihat dari segi isi dari rumusan masalah atau dari segi kondisi penunjang yang diperlukan dalam pemecahan masalah yang telah dipilih. Ciri-ciri dari masalah yang baik adalah sebagai berikut :
1.      masalah harus ada nilai penelitian
a.       masalah harus memiliki keaslian
Sebuah masalah yang akan diteliti hendaknya adalah masalah yang up to date. Maksudnya adalah masalah yang diteliti belum pernah diteliti sebelumnya oleh peneliti lain. Masalah juga harus mempunyai nilai ilmiah atau  aplikasi ilmiah, sehingga penelitian akan semakin berkualitas. Selain itu, masalah yang diteliti boleh jadi adalah masalah-masalah yang terlewatkan dari perhatian masyarakat selama ini juga masalah yang akan memunculkan sebuah teori baru.
b.      Masalah harus menyatakan suatu hubungan
Masalah yang baik adalah masalah yang menyatakan sebuah hubungan antara variabel-variabel tertentu yang saling berkaitan. Hal ini perlu diperhatikan agar penelitian yang dilakukan lebih bermakna. Biasanya variabel-variabel yang dipakai untuk mewakili unsur-unsur yang ada dalam penelitian dilambangkan dengan huruf X, Y, dan Z.[2]
c.       Masalah harus merupakan hal yang penting
Ide dan rumusan masalah yang disusun haruslah merupakan hal yang penting dan memang layak untuk dikembangkan menjadi suatu penelitian. Sebaik apapun rumusan masalah dan ide penelitian dari seseorang, bila hal yang dirumuskan tersebut ternyata bukan merupakan sesuatu yang penting, tentu saja hal tersebut tidak akan menjadi perhatian banyak orang.[3]
d.      Masalah harus dapat diuji
Seorang peneliti harus pandai dalam memilih masalah yang akan diteliti. Masalah yang akan diteliti hendaknya adalah  masalah yang dapat diuji. Sebaiknya masalah yang dipilih adalah masalah yang dapat memberikan implikasi untuk dilakukan uji empirisnya. Hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat dilihat secara jelas hubungan antar variabel yang saling berkaitan dalam masalah yang sedang diteliti dan dapat diukur.
e.       Masalah harus dapat dinyatakan dalam bentuk pertanyaan
            Masalah yang menarik adalah masalah yang dapat menimbulkan pertanyaan. Tapi peneliti juga harus dapat menggambarkan masalah yang sedang diteliti dengan jelas, sehingga tidak membingungkan orang yang membacanya dan dapat dilakukan uji untuk menyatakan jawaban dan kebenarannya.
2.      Masalah harus fisibilitas
Masalah yang baik adalah masalah yang mempunyai fisibilitas, yaitu masalah tersebut harus mempunyai nilai pemecahan dan dapat dipecahkan. Hal ini dimaksudkan agar penelitian dapat berguna dan tidak sia-sia. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan peneliti, yaitu:
·         Data serta metode untuk memecahkan masalah harus tersedia
·         Biaya untuk memecahkan masalah, secara relatif harus dalam batas-batas kemampuan
·         Waktu untuk memecahkan masalah harus wajar
·         Biaya dan hasil harus seimbang
·         Administrasi dan sponsor yang kuat
·         Tidak bertentangan dengan hukum dan adat[4]
3.      Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti
Masalah yang akan diteliti hendaknya dalah masalah yang nantinya akan dapat dipecahkan oleh peneliti. Mengapa demikian, karena agar penelitian yang telah dilakukan tidak terhenti di tengah proses pengerjaan karena ketidakmampuan seorang peneliti untuk memecahkan masalah yang sedang diteliti sehingga akan sia-sia. Untuk itu, peneliti harus memperhatikan beberapa hal berikut:
a.       Menarik bagi si peneliti
Masalah yang diteliti hendaknya menarik bagi peneliti. Hal ini penting agar peneliti merasa tertantang untuk melakukan penelitian dan berusaha untuk memecahkannya. Sehingga penelitian dapat segera diselesaikan.[5]
b.      Masalah harus sesuai dengan kemampuan dan keahlian
Masalah yang diteliti harus sesuai dengan kemampuan dan keahlian peneliti. Pertimbangan ini penting karena akan berpengaruh pada kelancaran dan hasil penelitian. Karena jika peneliti tidak cukup kompeten dalam bidang masalah yang sedang diteliti, maka hasil yang diteliti tidak akan akurat.[6]

C.    Sumber untuk Memperoleh Masalah
1.      Pengamatan terhadap kegiatan manusia
Pengamatan sepintas terhadap kegiatan-kegiatan manusia dapat dijadikan sebagai sumber dari masalah yang akan diteliti. Seorang ahli ilmu jiwa dapat menemukan masalah ketika ia melihat tingkah laku pekerja pabrik melakukan kegiatan mereka dalam pabrik. Seorang ahli ekonomi pertanian dapat menemukan masalah ketika ia melihat cara petani bersahaja mengerjakan serta menyimpan hasil usaha pertaniannya. Seorang dokter dapat menemukan masalah ketika melihat penduduk mengambil air minum di sungai dan buang air di kali sehingga banyak penduduk mempunyai kaki sebesar gajah.
2.      Bacaan
Bacaan-bacaan dapat pula dijadikan sebagai sumber dari masalah yang dipilih untuk diteliti. Lebih-lebih jika bacaan tersebut merupakan karya ilmiah atau makalah, maka banyak sekali rekomendasi di dalamnya yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Bukan saja dari bacaan tersebut ditemukan masalah yang ingin mengungkapkan hubungan, tetapi bacaan dapat dapat juga memberikan teknik dan metode yang ingin dikembangkan lebih lanjut. Membaca hasil-hasil penelitian terdahulu akan memberikan banyak sekali masalah-masalah yang belum sanggup dipecahkan. Hal ini merupakan masalah yang perlu dipecahkan dalam penelitian selanjutnya.  
3.      Perasaan Intuisi
Kadangkala suatu perasaan intuisi dapat timbul tanpa disangka dan dari kesulitan tersebut dapat dijadikan sebagai sumber masalah penelitian. Tidak jarang, seseorang yang baru bangun dari tidurnya, dihadapkan pada suatu suatu kesulitan secara intuisi, ataupun seseorang yang sedang buang air dapat menghasilkan suatu masalah yang ingin dipecahkan, yang muncul secara tiba-tiba.[7]
4.      Ulangan serta perluasan penelitian
Masalah juga dapat diperoleh dengan mengulang percobaan-percobaan yang pernah dilakukan, dimana percobaan yang telah dikerjakan tersebut belum membuahkan hasil yang memuaskan. Perluasan analisis maupun metode dan teknik dengan equipment yang lebih modern akan membuat masalah dapat dipecahkan secara lebih memuaskan. Misalnya, kerja Steinhauser telah menemukan minyak codliver untuk menyembuhkan penyakit criket di tahun 1840 belum dapat dijelaskan secara terperinci sampai dengan penelitian selanjutnya bertahun-tahun kemudian. Ataupun penemuan penisilin oleh Fleming di tahun 1929 telah terhenti beberapa lama, sampai kemudian Florey meneliti kembali sifat-sifat penisilin sebagai alat penyembuh penyakit.[8]
5.       Cabang studi yang sedang dikembangkan
Kadangkala masalah ditemukan bukan dari bidang studi itu sendiri tetapi dari cabang yang timbul kemudian, yang mula-mula dipikirkan tidak berapa penting sifatnya. Misalnya, Ketika Pasteur meneliti penyakit kolera dengan menyuntik ayam-ayam percobaannya dengan mikroba kolera, pada suatu hari ia kekurangan ayam-ayam sehat. Ia kemudian terpaksa menggunakan ayam-ayam yang pernah terkena kolera. Dilihatnya, ayam-ayam tersebut tidak mati akibat suntikan mikroba kolera. Dari percobaan ini ia tertarik akan ketahanan ayam-ayam tersebut dan ia menemukan masalah yang mendorongnya meneliti tentang prinsip-prinsip kekebalan atau imunisasi. Ketika William Perkins mencoba mengubah aniline menjadi quinine dalam percobaannya, ia menemukan suatu masalah lain yang menghasilkan alat pencelup ion air raksa sebagai sumber cahaya, ia menemukan fakta-fakta yang telah menggiring ia merumuskan masalah yang menghasilkan alternating current rectifier. 
6.      Catatan dan pengalaman pribadi
Catatan pribadi serta pengalaman pribadi sering dijadikan sebgai sumber dari masalah penelitian. Dalam penelitian ilmu social, pengalaman serta catatan pribadi tentag sejarah sendiri, baik kegiatan pribadi ataupun kegiatan professional dapat merupakan sumber masalah untuk penelitian.
7.      Praktik serta keinginan masyarakat
Praktik-praktik yang timbul dan keinginan-keinginan yang menonjol dalam masyarakat dapat dijadikan sumber dari masalah. Praktik-praktik tersebut seperti pernyataan-pernyataan pemimpin, otorita ilmu pengetahuan baik bersifat local, daerah, maupun nasional. Adanya gejolak rasial, misalnya dapat merupakan sumber masalah. Adanya ketimpangan antara input dan produktivitas sekolah dapat merupakan suatu masalah penelitian. Ataupun ucapan ketua ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia), ataupun Prof. Dr. Sumitro, dapat dijadikan sebagai sumber masalah, karena otoritanya dalam ilmu pengetahuan.
8.      Bidang spesialisasi
Bidang spesialisasi seseorang dapat pula dijadikan sumber masalah. Seorang spesialisasi dalam bidangnya, telah menguasai ilmu yang dalam-dalam bidang spesialisasinya. Maka dari itu, akan banyak sekali msalah yang memerlukan pemecahan dalam bidang spesialisasi tersebut. Dalam membuat masalah berdasarkan bidang spesialisasi, perlu juga dijaga supaya maslah yang digali tidak menjurus kepada over spesialisasi. Hal tersebut dapat menghilangkan unitas yang fundamental.[9]
9.      Pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti
Pelajaran yang sedang diikuti dapat dijadikan sebagai sumber dari masalah penelitian. Diskusi kelas, hubungan antara dosen dengan mahasiswa banyak mempengaruhi mahasiswa dalam memilih masalah untuk penelitian. Pengaruh staf senior serta ajarannya dapat merupakan sumber masalah bagi mahasiswa yang ingin membuat thesis.  
10.  Pengamatan terhadap alam sekeliling
Peneliti-peneliti ilmu natura seringkali memperoleh masalah dari alam
sekelilingnya. Seorang ahli ilmu bintang banyak memperoleh masalah ketika ia mengamati cakrawala. Seorang ilmu tanah akan menemukan masalah ketika ia secara sepintas mengamati tanah di sekelilingnya ataupun dalam suatu perjalanan jauh. Seorang ahli penyakit tanaman ataupun ahli hama banyak menemukan masalah ketika mengamati tanaman. Seorang peneliti yang bangun pagi untuk melakukan kegiatan aerobik, kakinya tersandung batu, maka peneliti ahli batu-batuan tersebut telah mengetahui maslah yang akan diteliti.[10]
11.  Diskusi-diskusi ilmiah
Masalah penelitian dapat juga bersumber dari diskusi-diskusi ilmiah, seminar, serta pertemuan-pertemuan ilmiah. Dalam diskusi tersebut seseorang dapat menangkap banyak analisis-analisis ilmiah, serta argumentasi-argumentasi professional, yang dapat menjurus pada suatu permasalahan baru.

D.    Cara Merumuskan Masalah
Setelah rumusan masalah diidentifikasikan dan dipilih, maka tibalah saatnya masalah tersebut dirumuskan. Dalam suatu proposal sebetulnya cukup dikemukakan masalahnya saja dengan jelas dan tepat. Namun banyak peneliti sering memberi komentar lebih dulu sebagai penjelasan singkat sebelum langsung masuk pada masalah yang ditampilkan. Hal ini bisa saja dilakukan jika memang diperlukan lebih menguntungkan dan akan lebih memperjelas maksud penampilan masalahnya.[11] Perumusan masalah merupakan titik tolak bagi perumusan hipotesis nantinya, dan dari rumusan masalah harus dilakukan dengan kondisi berikut.
1.      Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan.
2.      Rumusan hendaklah jelas dan padat.
3.      Rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah.
4.      Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis.
5.      Masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
Misalnya, masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut.
“ Apakah hasil padi ladang akan bertambah jika dipupuk dengan pupuk K?”
“ Apakah ada hubungan antara konsumsi rumah tangga petani dengan pendapatan dan kekayaan petani?”
Dari rumusan diatas, maka dapat dibuat judul penelitian sebagai berikut.
“ Pemupukan padi ladang dengan pupuk K”
“ Hubungan petani antara konsumsi rumah tangga pendapatan dan pendidikan petani Aceh”
Perlu juga diperingatkan bahwa dalam memilih masalah, perlu dihindarkan masalah serta rumusan masalah yang terlalu umum, terlalu sempit, terlalu bersifat lokal ataupun terlalu argumentatif. Variabel-variabel penting dalam rumusan masalah harus diperhatikan benar-benar.[12]
Ada beberapa hal yang perlu diingat dalam merumuskan masalah. Masalah ilmiah tidak boleh merupakan pertanyaan-pertanyaan etika atau moral. Menanyakan hal-hal di atas adalah pertanyaan tentang nilai dan value judgment yang tidak bisa dijawab secara ilmiah. Misalnya masalah yang dipilih adalah “Perlukah kepemimpinan organisasi secara demokrasi?”, atau “Bagaimana sebaiknya mengajar mahasiswa di perguruan tinggi?” Untuk menghindarkan hal tersebut di atas, maka janganlah menggunakan kata “mestikah” atau “lebih baik”, atau perkataan-perkataan lain yang menunjukkan preferensi. Ganti kata perkataan lebih baik dengan perkataan “lebih besar”, misalnya. Contoh lain, “Apakah metode mengajar secara otorita menuju ke cara belajar yang buruk?” pertanyaan ini bukanlah masalah ilmiah. Belajar yang buruk adalah value judgment. Mengajar secara otorita  tidak dapat didefinisikan. Supaya tidak ada value judgement, maka sebaiknya “belajar yang buruk” dapata diganti dengan “menguarangi perilaku memecahkan soal”.
Hindarkan masalah yang merupakan metodelogi. Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan “metode sampling”, atau “pengukuran” dan lain-lain supaya jangan digunakan dalam meformulasikan masalah.
Sebagai kesimpulan, perlu dijelaskan bahwa ada dua jalan untuk memformulasikan masalah. Pertama dengan menurunkan masalah dari teori yang ada, seperti masalah pada penelitian eksperimental. Cara lain adalah dari observasi langsung di lapangan, seperti yang sering dilakukan oleh ahli-ahli sosiologi, jika masalah diperoleh di lapangan, maka sebaiknya juga menghubungkan masalah tersebut dengan teori-teori yang telah ada, sebelumnya masalah tersebut diformulasikan dengan teori-teori yang telah ada, sebelumnya masalah tersebut diformulasikan. Ini bukan berarti bahwa penelitian yang tidak didukung oleh teori tidak berguna sama sekali. Karena, ada kalanya penelitian tersebut dapat menghasilkan dalil-dalil dan dapat membentuk sebuah teori.[13]
Masalah sebenarnya adalah hal yang pertama dipikirkan oleh peneliti-peneliti ketika merencanakan proyek penelitiannya. Walaupun di atas kertas yang pertama-tama muncul adalah judul dan pendahuluan, tetapi yang lebih dahulu timbul pada penelitian adalah masalah penelitian.
Membuat masalah penelitian merupakan hal yang sukar, antara lain karena:
1.      Tidak semua masalah di lapangan dapat diuji secara empiris;
2.      Tidak ada pengetahuan atau tidak diketahui sumber atau tempat mencari masalah-masalah;
3.      Kadangkala si peneliti dihadapkan kepada banyak sekalli masalah penelitian, dan sang peneliti tidak dapat memilih masalah mana yang lebih baik untuk dipecahkan;
4.      Adakalanya masalah cukup menarik, tetapi data yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut sukar diperoleh; serta
5.      Peneliti tidak tahu kegunaan spesifik yang ada di kepalanya dalam memilih masalah.
Sesudah kita formulasikan masalah, maka langkah selanjutnya adalah membangun tujuan penelitian. Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan atau statement tentang apa yang ingin kita tentukan. Kalau masalah penelitian dinyatakan dalam kalimat pertanyaan (bentuk interogatif), maka tujuan penelitian diberikan kalimat pernyataan (bentuk deklaratif). Tujuan penelitian biasanya dimulai dengan kalimat:
“Untuk menentukan apakah...”, atau “untuk mencari...”, dan sebagainya. Tujuan penelitian haruslah dinyatakan secara lebih spesifik dibanding dengan perumusan masalah. Jika masalah merupakan   konsep yang masih abstrak, maka tujuan penelitian haruslah konstrak yang lebih kongkret.[14]












BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tertulis pertanyaan-pertanyaan yang ingin dicari jawabannya melalui penelitian. Perumusan masalah yang baik adalah harus memiliki nilai penelitian, masalah harus fisibilitas, masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti.
Sumber untuk memperoleh masalah adalah dari pengamatan terhadap kegiatan manusia, bacaan, perasaan intuisi, ulangan serta perluasan penelitian, cabang studi yang sedang dikembangkan, catatan dan pengalaman pribadi, praktik serta keinginan masyarakat, bidang spesialisasi, pelajaran dan mata ajaran yang sedang diikuti, pengamatan terhadap alam sekeliling, dan diskusi-diskusi ilmiah.
Cara untuk merumuskan masalah yaitu masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, rumusan hendaklah jelas dan padat, rumusan masalah harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah, rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat hipotesis dan masalah harus menjadi dasar bagi judul penelitian.

B.     Saran-saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca semuanya.Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun penyusun dapat memahami lebih dalam tentang perumusan masalah.
Sudah sewajarnya bagi seorang mahasiswa yang telah mengerti apa itu rumusan masalah dan metode perumusannya, maka dalam penelitian kita harus menyusunnya dengan baik agar penelitian yang dilakukan dapat maksimal dan bermanfaat. Dan senatiasa mengajarkan ilmu ini kepada orang-orang yang belum mengetahui tentang perumusan masalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

            Mardalis. 2010. Metode penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Nazir,mohammad. 2014. Metode penelitian.  Bogor: ghalia Indonesia.
Restu kartiko widi. 2010.  Asas metodologi penelitian.Yogyakarta: Graha ilmu.
Yunus,hadi sabari. 2010. Metodologi penelitian wilayah kontemporer. Yogyakarta: pustaka pelajar.



[1] Hadi sabari yunus, metodologi penelitian wilayah kontemporer,(Yogyakarta: pustaka pelajar, 2010), hlm.162-172

[2] Mohammad nazir, Metode penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia,2014),hlm. 96-98
[3] Restu kartiko widi, Asas metodologi penelitian,(Yogyakarta: Graha ilmu, 2010),hlm. 146
[4] Mohammad nazir, op. cit., hlm. 98.
[5] Ibid., hlm. 100-101.
[6] Restu kartiko widi, op.cit., hlm.147.
[7] Mohammad nazir, loc.cit.,
[8] Ibid., hlm. 102.
[9] Ibid.,
[10] Ibid.,hlm.103
[11] Mardalis, Metode penelitian,  (jakarta: PT bumi aksara, 2010), hlm. 40.
[12] Mohammad nazir, op. cit., hlm. 104.
[13] Ibid.,
[14] Ibid.,hlm. 105

Tidak ada komentar:

Posting Komentar